Belumkah Saatnya bagi Kita Mengingat Allah?

Tidak perlukah kita dengan kehadiran-Nya? karena kita kaya, karena kita senang? Dan patutkah kita mengabaikan-Nya, hanya karena kita menjadi penguasa kecil?



Sudah begitu lama , Luqman tidak membula Al-qur'an lagi. Istrinya menyindir, jangan-jangan Luqman sudah lupa, seperti lupanya orang-orang yang diselamatkan Allah dan diberi nikmat oleh-Nya. Sebab, menurut penglihatannya, akhir-akhir ini Luqman jarang lagi membuka Al-qur'an. Sekalinya dibuka, itupun bukan untuk keperluan pembersihan hati dan pendekatan diri kepada Allah, tapi untuk keperluan mengajar atau keperluan ceramah. "Apakah abang merasa sudah berada di zona yang aman?" tanya istrinya sambil menyodorkan lembaran Al-qur'an:

"Maka, apakah penduduk negri-negri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari dan mereka sedang tidur?

Dan apakah merasa aman penduduk negri-negri itu dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari naik dan mereka sedang bermain (dalam kemaksiatan)

Maka, apakah mereka merasa aman dari balasan Allah? Sedangkan tiada yang merasa aman dari balasan Allah, kecuali kaum yang merugi.

Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri sesudah lenyap generasi terdahulunya bahwa kalau Kami menghendaki, tentu Kami siksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka dan Kami kunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat memetik pelajaran. (QS Al-Arf [7]:97-100)


Istrinya melihat Luqman tidak akrab lagi dengan Al-qur'an. Sesuatu yang dulu menjadi kawan akrab di saat duka. Ia meminta Luqman memperhatikan Al-qur'an lagi agar hatinya lebih terang, lebih tenang.

Karena Luqman merasa istrinya memang benar, ia segera mengambil Al-qur'an untuk dibaca dan dihayati maknanya. Ia malu terhadap istrinya, yang justru memiliki sikap yang istiqomah, terutama dalam urusan baca-mambaca Al-qur'an. Sehari minimal satu lembar Al-qur'an dia baca.

Saat Luqman membuka Al-qur'an, yang terpampang di hadapannya adalah ayat ke- 16 surah Al-Hadid, surah ke- 57. Dalam ayat ini, terbentang jelas pertanyaan Allah, apakah belum saatnya manusia untuk kembali kepada-Nya? Apakah belum waktunya bagi manusia untuk segera mengingat Allah.


"Apakah belum tiba waktunya bagi oran-orang yang beriman untuk mengkhusyukkan hati mereka, untuk mengingat Allah, dan mengingat apa yang diturunkan dari kebenaran....? (QS AL-Hadid [57]:16)


Luqman menghela napas sebentar. Ayat ini begitu pas terasa. Adakah ini teguran untuknya?

Luqman menghela nafas lagi, disaat sekian ragam kesulitan terdengar, disaat penderitaan demi penderitaan terekam, masihkah ia tidak melirik kebesaran dan kekuasaan-Nya? Lupakah ia saat mengemis uluran tangan-Nya untuk menghapus semua duka dan mendatangkan kesenangan?

Ya, belum datangkah saat kita harus melihat kebesaran dan kekuasaan Allah? Belum datangkah saat kita memerlukan kehadiran-Nya? Allah, Sang Pemilik alam ini, menawarkan pertolongan-Nya. Allah Sang Penawar segala duka, menawarkan bantuan-Nya. Dan Allah yang begitu kuasa melakukan segala sesuatu, justru bertanya kepada kita, adakah sesuatu yang bisa Dia lakukan untuk kita? Luar biasa!

Seharusnya, kehidupan yang semakin tidak menentu ini harus semakin mendekatkan kita kepada Allah 'Azza wa Jalla. Capek kita, jika terus-menerus mengandalkan otak. Capek kita, jika kita hanya mengandalkan kemampuan pikir yang serba terbatas. Apalagi, kita tahu kemampuan fisik dan keadaan yang juga amat terbatas. Jadi, masihkah kita tidak butuh Allah?

Pas betul ayat teguran Allah tersebut! bisik hati Luqman.

Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir
untuk menyembuhkan penyakit kita
Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir
untuk menyembuhkan penyakit
yang di derita orang-orang yang dekat di hati kita.
Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir
untuk membantu kita
membayarkan hutang-hutang kita.
Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir
untuk menghadirkan ketenangan dan keamanan
ditengah-tengah kehidupan kita
yang penuh dengan balutan perbuatan dosa.
Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir
untuk segala rupa permasalahan kehidupan yang kita hadapi.
Tetapi,
Yang Maha Tinggi
tidak bisa di dekati dengan ketinggian hati.


Saudaraku dan juga Engkau, wahai diriku. Kita yang perlu Dia. Seharusnya memang demikian. Tapi, kita justru yang diingatkan oleh-Nya bahwa kekuasaan dan kebesaran-Nya layak diminta oleh kita yang penuh kelemahan ini. Kalau kita tidak juga kunjung mau datang kepada-Nya, alangkah "hebatnya" kita! Bahkan, disaat kita tidak merasa menderita karena hanya kita kaya atau kita memang lepas dari masalah, kita juga harus tetap mengingat-Nya. Kenapa? sebab, kekuasaan dan perkenan-Nyalah yang membuat kita kaya, sukses dan dapat merasakan kekayaan dan kesuksesan itu.

Terimakasih Tuhanku, terimakasih istriku. Semoga Engkau berkenan menjadikan hati kami semua bisa lebih mengenal-Mu. Amin.

Dikutip dari buku Wisata Hati.

1 Response to "Belumkah Saatnya bagi Kita Mengingat Allah?"

Hadi Fermana mengatakan...

Mohon kritik dan saranya..., Silahkan berkomentar. Terimakasih...

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes