Siapa takut?, Ketika ALLAH Tidak Lagi Ditakuti.


Kesengsaraan adalah hak bagi mereka yang kehilangan rasa takut kepada Tuhannya.



Maka apabila datang malapetaka yang besar. Pada hari manusia mengingat apa-apa yang telah dikerjakannya. Dan ditunjukkanlah neraka kepada siapa yang melihat.

Maka, adapun yang durhaka dan lebih mementingkan kehidupan dunia, sesungguhnya neraka itulah tempat tinggalnya.

Dan adapun orang yang takut akan kebesaran tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya. (QS Al-Nazi'at [79]: 34-41)



Ayat-ayat Allah selain yang tertulis dalam Al-qur'an, juga bisa di dapat dari ayat-ayat-Nya yang tidak tertulis. Fenomena alam, pengalaman keruhanian individu, kejadian-kejadian di seputar kehidupan adalah salah satu wujud dari ayat-ayat Allah yang tidak tertulis. Artinya, kalau ini disepakati, kita akan senantiasa iqra' (buka mata buka telinga) terhadap kejadian apapun; baik yang bersumber dari diri pribadi maupun yang bersumber dari diri orang lain. Pada gilirannya, ayat-ayat yang tidak tertulis itu bisa kita terjemahkan menjadi bentuk peringatan Allah atau gambaran Allah tentang sesuatu. 'Sesungguhnya pada langit dan bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman (QS Al-Jatsiyah [45]: 3).

Tulisan ini bermula dari 'pengamatan iseng' terhadap fenomena iklan di media elektronik yang muncul beberapa waktu lalu.

Andai mau sedikit membuka mata, melalui media iklan yang ditayangkan di TV, kita mungkin akan tersenyum getir melihat betapa Allah memberikan gambaran yang begitu jelas terhadap kondisi sosial kita saat ini. Seolah Allah menyindir kita melalui bentuk-bentuk iklan bahwa begitulah kita saat ini.

Misalnya, iklan sebuah merk sepeda motor dan TV. Iklan tersebut dengan begitu mudahnya memojokkan produksi pesaingnya. Bintang iklannya pun demikian mudah beralih dari suatu produk ke produk lain dalam satu produksi yang sejenis. Setting iklan tersebut, bintang iklannya, jargon-jargon iklannya, semua dibuat hampir mirip. Terasa jelas 'sangat tidak kreativenya' si pembuat iklan dan terkesan ada pemanfaatan image yang sudah terbangun dari sebuah produk yang sudah lebih lama ada.

Saya bukanlah ahli periklanan. Meskipun sah-sah saja membuat iklan yang demikian, kacamata saya melihat ada 'sindiran' yang begitu halus dari Allah untuk kita semua. Kondisi masyarakat kita dengan begitu jelas 'dipertontonkan' oleh Yang Maha Kuasa melalui iklan-iklan itu. Karena secara tidak langsung, iklan itu telah menggambarkan dengan sangat tepat ikonsistensi semua lapisan masyarakat. Betapa masyarakat kita dengan begitu mudahnya melakukan proses pemojokan terhadap satu bagian masyarakat yang lain dan menuai pemanfaatan atas mereka. Masyarakat kita juga tidak mau lagi berfikir untuk membangun sesuatu dengan sebuah rencana dan perjuangan yang teratur. Maunya serba instan, serba cepat, dan ingin sekejap berada di barisan depan.

Sekali lagi, saya bukanlah ahli periklanan. Saya hanya mencoba menggali ayat-ayat Allah melalui media periklanan. Dan ternyata, kita akan menemukannya!

Beberapa waktu lalu, saya juga disentakkan oleh sebuah merek permen. Dalam iklan itu diilustrasikan ada gambar kartun yang dengan mulut sangat lebarnya melaju dengan cepat, bergoyang-goyang, mencomot berbagai permen untuk kemudian dimasukkan ke mulutnya. Walhasil, mulutnya bertambah lebar dan di dalamnya banyak terdapat permen dengan berbagai rasa.

Melihat iklan tersebut, saya melihat ada kebenaran di dalamnya. Saat itu saya berpikir bahwa negeri ini banyak sekali orang yang banyak omong, besar mulut atau penggambaran tentang adanya perilaku buruk sebagian orang yang senang sekali memakan hak orang secara sembarangan. Belum lagi kalau saya mengupas petikan hikmah dari sebuah iklan sabun, iklan obat dan sebagainya. Bergidik bulu roma.

Kembali pada judul tulisan ini-Siapa takut?-saya semakin terheran-heran. Beberapa waktu yang lalu kita diramaikan dengan jargon iklan salah satu sampo,"siapa takut". Saya yakin, rumah produksi yang memproduksi iklan itu tidak sengaja-bahkan mungkin tidak tahu-bahwa visualisasinya bisa dengan sangat pas menggambarkan kehidupan masyarakat saat ini. Bagi saya, iklan itu benar-benar mengena, menyindir dengan telak.

Benarlah adanya. Kita tidak takut lagi pada penguasa kita, Allah Rabbul'alamin. Kita dengan mudahnya dan dengan sangat gampangnya meninggalkan sholat, kita dengan terus menerus mempertontonkan hedonis, materialis, arogan dan destruktif. Kita terbiasa mempertontonkan kebohongan-kebohongan--bahkan--dengan keterusterangan. Kita juga tidak takut lagi memakan hak orang lain. Kita berbisnis dengan sangat liar. Tipu daya, mark-up, kolusi dan korupsi seolah menjadi sebuah kewajiban bagi siapa yang hendak berbisnis. Seakan kita tidak akan mati, seakan kita akan hidup selamanya.

Dan tidaklah sekali-kali mereka menginginkan kematian itu selama-lamanya karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang aniaya.

Dan sungguh engkau akan mendapati mereka begitu serakah pada kehidupan manusia, bahkan melebihi keserakahannya orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi usia seribu tahun. Sedangkan umur panjang sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari azab bahwa dia diberi umur. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (QS Al-Baqarah [2]: 95-96)
Dikutip dari buku 'Wisata Hati'.

No Response to "Siapa takut?, Ketika ALLAH Tidak Lagi Ditakuti."

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes